13 Jawab Yesus kepadanya, “Siapa saja yang minum air ini, ia akan haus lagi, 14 tetapi siapa saja yang minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai pada hidup yang kekal.” (Yoh 4:13,14).
Ini adalah kejadian ketika Tuhan Yesus pergi ke Samaria, di sebuah sumur, dia berjumpa dengan seorabg wanita, dan Tuhan bilang pada perempuan itu: “Berilah Aku minum”. Nah, perempuan itu berkata begini kepada Tuhan Yesus: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, meminta air kepadaku, orang Samaria?” Nah ini pertanyaan, aneh, Kenapa perempuan Samaria bertanya begini kepada Tuhan, begini: karena orang Samaria itu dipandang sebagai anjing oleh orang Yahudi. Dipandang hina. Kenapa orang Yahudi memandang hina? Orang Samaria itu bukan orang Israel. Sebab zaman ketika Salomo dahulu turun tahta, atau mati, kerajaannya pecah. Sepuluh suku diambil oleh Yerobeam, Dan dua suku, Yehuda dan Benyamin, ditambah sedikit Lewi, itu masih tetap di bawah Rehabeam, anaknya Salomo. Kerajaan itu koyak karena Salomo menyembah berhala pada akhir hidupnya.
Kesepuluh suku ini dengan segera dibawa oleh Yerobeam menyembah berhala Mesir, menyembah lembu emas, dan begitu terus silih berganti, bahkan masuk kepada penyembahan kepada Baal. Tuhan akhirnya menghukum sepuluh suku ini, diserbu sama orang Asyiria, dikepung akhirnya jatuh, dan bangsa ini dibawa pindah ke tempat lain. Kemudian raja Asyiria mengambil bangsa lain, dipindahkan ke tanah Samaria, sering diserbu bunatang buas, dan kekacauan luarbiasa terjadi, laporan sampai kepada raja, dan raja bertanya kepada penasihatnya: kenapa terjadi begitu? Para penasihatnya memberitahu: “Bangsa yang tuanku raja masukkan ke daerah Samaria itu, tidak tahu caranya menyembah Allah di tempat itu. Jadi mereka itu dibunuh, diserang binatang-binatang buas. Mereka tidak tahu bagaimana cara menghormati Allah di tempat itu.”
“Wah, bagaimana cara mengatasinya?” tanya raja.
“Kirim kembali saja imam-imam orang Israel itu ke situ, dan suruh mereka mengajar bangsa yang baru ditempatkan itu cara menghormati Allah di tempat itu.”
Jadi orang-orang Lewi, beberapa orang dikembalikan ke sana, dan kemudian mereka diajar menurut hukum Taurat, sehingga akhirnya mereka mengerti bagaimana caranya menyembah Yehova. Dan ini turun temurun, lama kelamaan bangsa yang diajar ini terbiasa, sampai mereka merasa bahwa mereka itu keturunan Yakub. Jadi perempuan itu merasa bahwa dia keturunan Yakub. Tapi orang Yahudi tahu sejarahnya. Jadi, mereka dibilang: Itu bangsa anjing.
Nah, ketika Tuhan Yesus mendapat jawaban seperti itu itu, Dia berkata begini: “Kalau saja kamu tahu siapa yang kamu ajak ngomong, niscaya kamu sudah meminta air kepadanya, dan Aku akan memberi kepadanya air yang hidup.
Perempuan itu bertanya: “Darimana Engau memperoleh air; Kamu nggak punya timba, sumur ini amat dalam. Apakah Engkau lebih besar dari nenek moyang kami? Yakub? Yang memberikan kami sumur ini?”
Jadi, perempuan itu merasa, itu warisan engkongnya, padahal sama sekali tidak ada keturunan Yakub. Dia anggap, Yakub itu engkong dia. Opung. “Apa Kamu lebih besar dari Opung kami? Yakub?”
Ternyata, Tuhan Yesus memberi keterangan lebih lanjut.
“Air yang ku beri kepadamu itu akan berubah menjadi mata air di dalam dirimu yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”
Perempuan itu berkata: “Wah, beri aku air seperti itu donk, supaya aku ndak usah datang ke sumur ini lagi”.
“Baik, panggil suamimu” kata Yesus.
“He he, aku ndak punya suami”
“Ya betul kamu itu bilang, lima orang yang sudah sama kamu itu bukan suami: kerbau. Dan yang keenam, yang sekarang sama kamu itu, kerbau juga.”
Dan segera perempuan itu terkejut.
“Wuih, Kau tahu segala-galanya. Engkau ini seorang nabi yah? Menurut Engkau, kalau orang sembahyang harusnya kemana? Ke Yerusalem ataukah ke gunung Gerizim ini?”
Ini perempuan cerdas, karena dia nggak ingin dicecar pertanyaan seputar kerbau-kerbaunya. Jadi dia alihkan pada persoalan ibadah.
Yesus bilang apa?
“Akan tiba, dan sudah tiba saatnya, orang akan menyembah Allah, tidak di Yerusalem, tidak di gunung Samaria, tetapi orang harus menyembah dengan Roh dan Kebenaran, karena Allah itu adalah Roh.”
Perempuan itu bingung, dan dia berkata: “Yang begini ini, nanti kalau Mesias datang, nanti Dia akan menerangkannya kepada kami.”
Lalu Yesus jawab apa?
“Dialah, dengan siapa engkau sedang berkata-kata, adalah Mesias. Akulah Mesias”.
Perempuan itu cepat bangkit, dia tinggalkan buyungnya, pergi ke kampung, dan ceriterakan seluruh kampung itu, dia jumpa Mesias. Dan orang-orang sekampung keluar dan datang ke Yesus dan percaya kepada Yesus.
Sederhana sekali cara Yesus memberitakan injil. Langsung satu kampung bertobat. Ini sangat mengagumkan. Mengapa bisa begitu?
Ternyata percakapan ini sendiri mengandung jawaban. Yang Dia ucapkan itu air yang hidup. Itu membuat orang langsung terbuka alam pikirannya. Langsung menangkap kebenarannya dengan cepat dan langsung mengubah orang itu menjadi penginjil yang hebat.
Injil Yohanes 4 tsb menerangkan rahasianya, bagaimana seseorang dapat memiliki mata air di dalam dirinya.
Perhatikan ucapan Yesus:
“Kalau Aku beri engkau air yang hidup itu, akan berubah jadi mata air di dalam dirimu dan terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”
Di tempat lain, pada puncak perayaan Hari Raya Pondok Daun, yang dirayakan selama 7 hari, maka pada hari yang ke-7, yakni pada puncak perayaan, maka orang-orang Israel membawa buyung berisi air sampai ke halaman Bait Suci, mereka sambil berbaris dan mengantri, mereka menuangkan airnya, sehingga di pelataran Bait Suci ada air yang terus mengalir, sampai menjadi seperti sungai, tembus sampai ke Pintu Gerbang Timur, dan dari Pintu Gerbang Timur itu air mengalir masuk ke Lembah Kidron. Jika orang-orang Israel itu ditanya: mengapa mereka melakukan hal-hal yang seperti itu, membawa air dan menuangkannya di pelataran Bait Suci? Maka mereka akan menjawab: Ya sudah caranya seperti ini, yang kami harus lakukan di setiap puncak perayaan Hari Raya Pondok Daun, seperti inilah yang diperintahkan oleh Musa. Mereka tidak tahu apa artinya.
Orang-orang Israel itu ternyata secara tidak sadar sedang melakukan tindakan profetik.
Sebetulnya mereka sedang menubuatkan, bahwa nanti di pelataran Bait Suci, pada zaman Anti Christ, ketika Tuhan Yesus turun dari Sorga, menginjakkan kaki-Nya ke atas bukit Zaitun, akan terjadi gempa, bukit Zaitun akan terbelah dari timur ke barat, bukitnya bergeser ke utara dan ke selatan, lalu Tuhan Yesus masuk ke Bait Suci, di situ Anti Christ sedang bercokol, dan dengan segera dibinasakan oleh Tuhan Yesus, dikirim langsung ke Neraka. Lalu Tuhan Yesus menggantikan posisi itu, Dia menjadi pemimpin seluruh dunia, Raja di atas Segala Raja.
Pada waktu yang sama, di utara Israel itu ada Lembah Megido, bangsa-bangsa sedang berkumpul di sana, sedang perang-perangan. Banyak bangsa, jutaan bangsa berkumpul di situ, dan karena perang itu cenderung meluas ke Yerusalem, turun ke selatan, dengan segera Tuhan Yesus membinasakan semua tentara itu, terjadi perang nuklir terbatas barangkali, orang dengan cepat pada mati, darah berceceran sampai sebatas kekang kuda. Tetapi sebagian tentara rupanya ada yang berusaha menyerbu masuk ke Yerusalem, dan ini akan mengotori Bait Suci.
Bagaimana cara Tuhan melenyapkan tentara-tentara itu?
Dari bawah pelataran Bait Suci itu, meledak mata air mendadak: “Dhuarrr”, mata air ini nyemprot menyembur tentara-tentara yang sedang mau mengotori Bait Suci itu, dan dihanyutkan: “Brussss,… habis bersih “. Dan mata air itu terus mengalir sampai ke arah timur, melalui Pintu Gerbang Timur, dan di atas telah dijelaskan, bahwa karena gempa, bukit Zaitun terbelah dua dari timur sampai ke barat, dan ini akan membentuk saluran yang akan mengalirkan air dari Pintu Gerbang Timur, mengalir masuk ke Laut Mati, yang dekat dengan Yerusalem. Ada cadangan air tawar yang sebegitu banyaknya, yang terus menerus mengalir sampai 1000 tahun, sampai nanti Laut Mati menjadi Laut “Hidup”, airnya menjadi tawar (berkurang asinnya), sehingga ikan-ikan bisa hidup, nelayan-nelayan menangkap ikan di sana, itu di Kerajaan 1000 tahun nanti. Itulah yang dapat kita pelajari dari Alkitab.
37 Pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru, “Siapa saja yang haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! 38 Siapa saja yang percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” (Yoh 7:37-38)
Jadi, “Siapa saja yang percaya kepada-Ku, “ seperti yang tertulis di dalam,.. Alkitab.
Kalau percaya kepada Yesus seperti yang tertulis di Al Quran, tentu tidak akan mengalir air hidup. Memang di Al Quran ada nama Yesus sebagai Isa bin Maryam, tetapi di sana hanya disebutkan Isa Bin Maryam sebagai nabi saja. Tuhan Yesus itu, sebenarnya kalau di Alkitab kita bilang, yang artinya: inilah Yahweh, di dalam Yesus ada Roh Yahweh.
Di dalam diri Yesus Kristus ada Mata Air Hidup. Itulah sebabnya, ketika seseorang membuka hatinya, mengundang Tuhan Yesus masuk ke dalam hatinya, Allah Bapa ambil benihnya Yesus, benih ini mengandung semua unsur yang ada pada Yesus yang sudah menang, Yesus yang sudah menjadi Kristus, benih ini masuk ke dalam hati orang tersebut, dan bertumbuh, dan Dia sejak diundang masuk ke dalam hati, bikin mata air, sejak seseorang lahir baru itu sudah ada mata air di dalam diri orang tersebut. Dan itu terus mengalir, memancar, sampai kapan? Hidup yang kekal.
Sejak orang mengalami lahir baru, sejak itulah mata air hidup sudah ada. Hanya saja banyak orang yang belum mengetahui bagaimana memanfaatkannya. Apa gunanya. Sampai beberapa minggu terakhir ini Tuhan mengajari saya soal ini.
Sekarang mari kita lihat Efesus 5:25-27 yang menjelaskan gunanya air hidup.
25 Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, 27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (Ef 5:25-27).
Pernikahan merupakan sebuah pembelajaran untuk bagaimana kita seharusnya, sebagai calon mempelai wanita Kristus. Sikap seorang isteri terhadap suaminya, yang baik itu seharusnya yang bagaimana, maka sikap seperti inilah yang mencerminkan sikap mempelai Kristus terhadap Tuhan Yesus. Yang tidak memahami hal ini, yaitu maksud Tuhan soal perkawinan, maka mereka hanya menggunakan perkawinan ini sebagai alat untuk memuaskan hawa nafsu saja. Ujung-ujungnya bertengkar-tengkar, kalau tidak suka satu sama lain lalu cerai, cari perempuan lain atau caru suami lain. Ini pengrusakan! Gambar Kristus dirusak! Gambar perkawinan antara Kristus dan jemaat itu menjadi kacau, baur, bubar!. Itulah sebabnya, jangan orang Kristen mengalami cerai. Jangan sekali-kali. Kalau sudah terlanjur cerai bagaimana? Jangan kawin lagi,…
Tunggu sampai pasanganmu itu bertobat, nanti rujuk, balik lagi. Lha kalau sudah ditunggu tetapi tidak bertobat juga, bagaimana? Ya sudah, hidup single, untuk Tuhan,…
Jangan berpikir untuk kawin lagi.
Isteri saya padahal bukan cerai, tapi meninggal. Tetapi Tuhan bilang saya tidak boleh kawin lagi. Ya sudah, saya tidak boleh kawin lagi, ya saya tidak kawin lagi lah,…
Suami masih hidup, isterinya cari suami lagi. Atau isteri masih hidup, dicerai, lalu suami kawin lagi. Ini kekacauan !!
(Bersambung)
Catatan: Artikel ini disarikan dari rekaman kotbah Ev. Andereas Samudera